readbud - get paid to read and rate articles

Sabtu, 13 November 2010

Aktivitas Gunung Merapi Meningkat

Status Gunung Merapi di perbatasan Magelang, Klaten, Boyolali (Jawa Tengah) serta Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) ditingkatkan dari aktif normal menjadi waspada.

Hal ini mengingat makin meningkatnya aktivitas gunung legendaris tersebut. Hingga Rabu (29/9), di ketiga daerah itu terus terjadi gempa vulkanik yang terjadi 4-5 kali per hari disertai gempa guguran.

Selain itu, juga berlangsung gempa multifase (MP), gempa tektonik, serta pengeluaran asap solfatara ke angkasa.

Pengamat Gunung Merapi di Pos Ngepos, Kecamatan Srumbung, Kabupaten Magelang, Repiyo, mengatakan, Rabu pagi, meski cuaca di sekitar Gunung Merapi cerah, namun puncak gunung tersebut gelap tertutup awan tebal. Pihaknya mengaku cemas sebab pada saat status gunung meningkat, jalur evakuasi bagi para pengungsi di Kabupaten Magelang diketahui mengalami kerusakan berat. Hancurnya infrastruktur jalan itu membahayakan warga lantaran bisa terganggu proses evakuasinya jika Merapi tiba-tiba meletus.

Kerusakan tersebut diakui Camat Dukun, Ali Setyadi. Menurutnya, jalur evakuasi yang hancur meliputi Desa Keningar, Desa Krinjing, dan Desa Mangunsoko. "Jalur tersebut sudah lama kami usulkan agar segera diperbaiki, namun hingga kini tidak ada realisasi," katanya kemarin.

Menurut Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Jawa Tengah, Djarot Nugroho, kerusakan jalur evakuasi atas letusan Gunung Merapi memang membahayakan keselamatan warga. Warga yang terancam ada di tiga ring, empat desa di ring satu, 20 desa di ring dua, dan 32 desa di ring tiga. "Apabila Merapi meletus, kami sulit melakukan evakuasi karena jalurnya rusak," tutur dia.

Tingginya aktivitas Gunung Merapi dirasakan warga yang tinggal di lerengnya dengan adanya pancaran hawa panas, meski saat ini hujan terus mengguyur di lereng Merapi. Udara pada malam hari yang biasanya dingin berubah menjadi sangat menggerahkan.

Di samping itu, peningkatan aktivitas Gunung Merapi juga telah diikuti dengan tanda-tanda alam lain. Sebelum BPPTK menaikkan status Gunung Merapi dari aktif normal menjadi waspada, sejumlah hewan langka seperti burung merak ukuran besar di lereng barat Dusun Gemer, Desa Ngargomulyo, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang, telah turun gunung dan berlindung ke rumah-rumah penduduk.

Secara visual, keadaan Gunung Merapi kemarin masih tertutup kabut tebal. Sejak pukul 06.00 hingga sore hari, tercatat terjadi gempa vulkanik tujuh kali. Aktivitas gempa meningkat dibanding beberapa hari sebelumnya yang hanya mencapai empat kali.

Menyikapi kondisi Gunung Merapi yang mengkhawatirkan itu, Pemkab Klaten juga sudah menyiapkan skenario evakuasi warga jika Gunung Merapi tiba-tiba meletus. Langkah pertama, saat status keaktifan gunung berubah menjadi waspada adalah melakukan pembaruan pendataan tentang kondisi masyarakat dan lingkungan di kawasan rawan bencana (KRB). Fokus pendataan oleh Pemkab Klaten ini adalah para penduduk rentan, yaitu anak-anak, wanita hamil, sakit, usia senja, dan warga dengan kebutuhan khusus (diffable).

"Langkah pendataan ini seharusnya sudah mulai dilakukan oleh pemerintah. Data kependudukan untuk pengungsi yang terakhir disusun pada 2006 itu sudah tidak sesuai dengan kondisi sekarang," kata Kordinator Tim Siaga Merapi, Sukiman, di Pendapa Pemkab Klaten.

Seandainya kelak status gunung meningkat menjadi siaga, masyarakat harus siap jika sewaktu-waktu ada perintah pengungsian. Standar operasinya, masyarakat sudah membereskan barang-barang berharga dan harta benda yang mudah dibawa. Selain itu, jalur evakuasi harus bersih sehingga perjalanan pengungsian tidak mendapat hambatan. "Saat Merapi berstatus awas, maka tidak ada lagi penduduk yang berada di lereng Merapi. Khususnya, di wilayah yang pernah dilewati awan panas," ujar dia.

Sekretaris Satuan Tugas Koordinasi dan Pelaksanaan (Satkorlak) Penanggulangan Bencana (PB) Klaten Sri Winoto menambahkan, kendala yang dihadapinya saat ini adalah minimnya mobil yang dipakai untuk melakukan evakuasi. Armada yang ada hanya satu unit. Tentu jumlah ini tidak cukup untuk menjadi alat transportasi bagi sekitar 5.000 KK yang akan mengungsi jika aktivitas Merapi terus meningkat.


Secara terpisah, Kapolda Jateng Irjen Pol Edward Aritonang menegaskan, jajarannya selalu siap membantu proses evakuasi maupun pengawasan dan pengamanan pengungsi jika sewaktu-waktu Gunung Merapi meletus. "Semua peralatan yang ada di Polri, seperti mobil ambulans, truk, peralatan dapur, dalam kondisi siaga. Kita juga menambah personel khusus untuk membantu pemantauan," kata Kapolda di Kabupaten Magelang kemarin.
Terkait aktivitas para penambang pasir di lereng Merapi, Kapolda mengimbau agar kegiatan tersebut dihentikan sementara waktu. Sebab, keselamatan penambang terancam seiring meningkatnya aktivitas Merapi.
http://www.suarakarya-online.com/

Tim SAR Temukan Lagi Satu Jenazah Korban Erupsi Merapi . .

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN--Tim pencarian dan penyelamatan (SAR), Tentara Nasional Indonesia (TNI), polisi, dan relawan pada Ahad (14/11), menemukan satu jenazah korban erupsi Gunung Merapi di Dusun Kalitengah Lor, Desa Glagaharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

Tim SAR DIY membenarkan telah menemukan satu jenazah yang diduga berjenis kelamin perempuan di dekat jalan dusun itu. Kondisi jenazah ditemukan mengenaskan karena sudah tidak utuh lagi, sebagian tubuhnya sudah hancur akibat lama tertimbun material vulanik Gunung Merapi. Sementara, rumah-rumah di dusun itu sudah roboh terkena letusan teraktif di Indonesia itu.

Jenazah langsung dibawa ke Rumah Sakit (RS) Sardjito Yogyakarta untuk diautopsi. Penemuan jenazah ini berdasarkan hasil laporan dari kalangan masyarakat yang merasa kehilangan anggota keluarganya sejak letusan Gunung Merapi pada Jumat (5/11) dinihari.

Dengan ditemukan satu jenazah itu, maka keluarga korban bisa tenang dan tabah karena sudah mengetahui nasib keluarganya. Selama ini, tim melakukan proses evakuasi berdasarkan laporan dari kalangan masyarakat yang merasa kehilangan anggota keluarganya.

Jumlah korban meninggal dunia akibat letusan Gunung Merapi pada Jumat (5/11) dinihari kemungkinan masih akan terus bertambah karena tim gabungan yang terdiri atas anggota pencarian dan penyelamatan (SAR), TNI, dan relawan masih terus melakukan proses evakuasi, terutama di dusun sekitar Kali Gendol.

Tim SAR DIY, TNI, dan relawan hingga kini masih menemukan jenazah di dusun-dusun sekitar Kali Gendol yang terletak tidak jauh dari puncak gunung yang terletak di perbatasan Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta.

Bencana Wasior dan Mentawai Tidak Mempengaruhi Inflasi . .

TEMPO Interaktif, Jakarta -Badan Pusat Statistik (BPS) mengatakan bencana yang terjadi di wilayah-wilayah tertentu juga dapat menjadi penyebab naiknya inflasi. "Bencana itu bisa berpengaruh, bisa juga tidak berpengaruh terhadap inflasi," kata dia.
Menurutnya, jika bencana terjadi di wilayah-wilayah sentra produksi, maka akan menyebabkan produksi barang terganggu.  Terganggunya produksi akan menyebabkan harga barang otomatis menjadi naik dan mempengaruhi tingkat inflasi.
"Kalau Mentawai dan Wasior, keduanya bukan tempat produksi. Jadi menurut saya hampir tidak ada pengaruhnya terhadap inflasi saat ini," ucap Djamal.
Menurut  Direktur  Statistik  Harga  BPS  Sasmito  Wibowo,  kesiapan infrastruktur di wilayah bencana juga cenderung membuat inflasi tidak banyak terpengaruh. "Contohnya, setelah tsunami di Aceh, harga di seluruh pulau Sumatera selama setahun tidak stabil," kata Sasmito.
Ketika terjadi bencana di pantai selatan Jawa, hanya wilayah sekitar Solo dan Purwokerto yang terkena dampak. Sasmito memperkirakan, infrastruktur yang bagus di wilayah Jawa menjadi penyebab dampak bencana dapat segera terkendali dan tidak banyak mempengaruhi inflasi.